Penyakit Reproduksi: Pencegahan dan Pentingnya Pemeriksaan Dini Bagi Perempuan
Kesehatan reproduksi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan setiap perempuan, namun seringkali kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Di Indonesia, berbagai penyakit reproduksi masih menjadi tantangan besar, baik karena kurangnya kesadaran maupun stigma yang melekat di masyarakat.
Penyakit-penyakit seperti infeksi saluran reproduksi, dismenore, dan endometriosis tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup perempuan, akan tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah serius seperti infertilitas. Memahami dan mengenali gejala-gejala awal dari penyakit-penyakit ini sangatlah penting agar perempuan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan mendapatkan penanganan medis yang tepat waktu.
Di tengah kesibukan dan tanggung jawabnya, Dr. dr. H. Ridwan Abdullah Putra, Sp.OG, Subsp.K.Fm, CH terus berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para perempuan, tentang pentingnya kesehatan reproduksi. Menurutnya, beberapa penyakit reproduksi yang paling umum di Indonesia adalah infeksi saluran reproduksi, dismenore, dan endometriosis. Penyakit-penyakit ini sering kali menyebabkan infertilitas, yang merupakan masalah serius bagi banyak perempuan.
Endometriosis, misalnya, merupakan kondisi di mana jaringan yang biasanya melapisi bagian dalam rahim tumbuh di luar rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri hebat, gangguan menstruasi, dan masalah kesuburan. Dr. Ridwan juga menyoroti varian endometriosis, seperti endometrioma, yang sering kali tidak disadari oleh para penderitanya. "Perempuan harus lebih waspada terhadap penyakit-penyakit reproduksi ini dan segera berkonsultasi dengan dokter jika merasakan gejala yang mencurigakan," ujar Dr. Ridwan.
Pentingnya Pemeriksaan Dini dan Rutin untuk Kesehatan Reproduksi
Dr. Ridwan sangat menekankan pentingnya pemeriksaan dini dan rutin untuk menjaga kesehatan reproduksi. "Sayangilah reproduksi anda dengan melakukan pemeriksaan sedini mungkin jika ditemukan adanya gangguan atau kelainan yang dirasakan," katanya.
Dia juga menjelaskan bahwa deteksi dini sangat penting, terutama bagi perempuan yang berisiko tinggi, seperti mereka yang berusia di atas 35 tahun. Pada usia ini, risiko terkena kanker mulut rahim, kanker nomor dua terbanyak setelah kanker payudara, meningkat secara signifikan.
Kanker mulut rahim, atau kanker serviks, adalah salah satu penyakit yang sebenarnya dapat dideteksi sedini mungkin melalui pemeriksaan rutin seperti pap smear.
Dr. Ridwan merekomendasikan agar setiap perempuan melakukan pap smear setidaknya sekali dalam setahun, terutama bagi mereka yang telah memasuki usia rawan. "Pemeriksaan dini dilakukan supaya ketika memang terdapat suatu penyakit, bisa diobati sebelum kondisinya semakin parah," tegasnya.
Ia juga menyarankan agar perempuan yang memiliki keluhan tertentu melakukan pemeriksaan lebih sering, misalnya setiap enam bulan sekali, agar potensi penyakit dapat dideteksi dan diatasi dengan cepat.
Edukasi dan Sosialisasi Keluarga Berencana: Pentingnya Kontrasepsi Mantap
Selain memberikan perawatan langsung, Dr. Ridwan juga sangat aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya keluarga berencana dan penggunaan kontrasepsi mantap. Kontrasepsi mantap, yang meliputi tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria, masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat Indonesia. Ia menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan untuk mengubah stigma ini. "Kontrasepsi mantap adalah salah satu cara paling efektif untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi keluarga. Namun, masih banyak orang yang belum memahami pentingnya metode ini," jelasnya.
Dalam berbagai kesempatan, Dr. Ridwan terlibat langsung dalam kampanye dan kegiatan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kontrasepsi mantap. "Edukasi ke masyarakat tentang pentingnya kontrasepsi mantap harus terus dilakukan, baik melalui penyebaran informasi, kampanye, maupun kegiatan bakti sosial," ujarnya.
Menurut Dr. Ridwan, tubektomi dan vasektomi masih sering disalahpahami. Sebab kerap ada anggapan bahwa prosedur ini akan mengurangi gairah seksual, padahal kenyataannya tidak demikian.
Mengatasi Stigma Masyarakat Terkait Tubektomi dan Vasektomi
Mengatasi stigma yang terkait dengan tubektomi dan vasektomi merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Dr. Ridwan dalam upayanya meningkatkan kesadaran masyarakat. Ia sering mengadakan seminar-seminar dan turun langsung ke daerah-daerah untuk memberikan sosialisasi. "Saat saya menjadi anggota Global Fund di Karimun, saya terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan informasi yang jelas mengenai MOW," kenangnya.
Dalam pengalaman Dr. Ridwan, banyak pasangan yang ragu untuk melakukan MOW karena kekhawatiran akan dampak negatifnya terhadap kehidupan seksual. "Biasanya, keberatan datang dari suami yang menganggap jika MOW dilakukan, maka hasrat seksual istri akan berkurang. Padahal, hal ini tidak benar," tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa MOW tidak mengakibatkan penurunan libido. "Tubektomi biasanya dilakukan pada usia pra-menopause, di mana memang secara alami, libido mulai menurun. Namun, ini bukan karena prosedur MOW itu sendiri," jelasnya.
Dr. Ridwan juga menekankan bahwa, meskipun ada pandangan yang menganggap MOW dilarang oleh agama, hal tersebut tidaklah benar. "Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memperbolehkan prosedur ini, asalkan sesuai dengan syariat dan alasan medis yang jelas," tambahnya.
Komitmen pada Pelayanan Kesehatan
Meskipun kini menjabat sebagai Kepala Dinas Sosial, Dr. Ridwan tetap berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. "Saya adalah seorang praktisi profesional, dan meskipun saya sekarang menjabat sebagai kepala dinas sosial, saya tetap mengisi praktek di RSUD Cikalong Wetan," ungkapnya.
Dr. Ridwan merasa tanggung jawabnya sebagai spesialis fetomaternal sangat besar, dan ia ingin terus berkontribusi dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia.
Dedikasi dan pengabdian Dr. Ridwan Abdullah Putra terhadap kesehatan reproduksi wanita di Indonesia merupakan teladan bagi para tenaga medis lainnya. Melalui pengalaman, pengetahuan, dan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan sosial, ia terus berusaha meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
Dalam setiap langkahnya, Dr. Ridwan mengingatkan kita akan pentingnya pemeriksaan dini, edukasi yang berkelanjutan, dan penghapusan stigma yang masih ada di masyarakat. Dengan begitu, diharapkan kualitas hidup para perempuan di Indonesia dapat terus meningkat, seiring dengan peningkatan kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan reproduksi.